16 January 2019

KERIS KYAI SETAN KOBER 32

KERIS KYAI SETAN KOBER 32
KARYA : APUNG SWARNA
BAB 12 : PENDADARAN PRAJURIT PAJANG1
Ketika pagi hari itu di Kadipaten Jipang, para prajurit Wira Manggala sedang sibuk berkeliling diseluruh Jipang, serta mempersiapkan acara pasewakan yang pertama, di Kadipaten Pajang di ruang dalam, Adipati Hadiwijaya sedang berbincang dengan para nayaka praja Kadipaten Pajang.
Adipati Hadiwijaya duduk dikursi, dan dihadapannya duduk dibeberapa dingklik pendek, semua nayaka praja Kadipaten Pajang ditambah Lurah Wasana dan Ki Ageng Nis Sela yang saat itu masih berada di Pajang. 
"Kakang Pemanahan, bagaimana dengan rencana peresmian pembentukan prajurit Pajang?" tanya Adipati Hadiwijaya.
"Peresmian prajurit akan kita adakan tiga hari hari lagi Kanjeng Adipati, Prajurit yang lulus pendadaran semuanya dua ratus empat puluh orang, sedangkan saat ini senjata kita hanya seratus buah pedang pendek dan dua puluh buah mata tombak" kata Ki Pemanahan.
"Baik, nanti dibagi menjadi dua kesatuan, masing-masing terdiri dari seratus orang bersenjata pedang pendek, sedangkan yang dua puluh orang menjadi prajurit bersenjatakan tombak, sisanya dua puluh orang nanti akan dilatih secara khusus untuk menjadi pasukan sandi, pasukan telik sandi Kadipaten Pajang" kata Adipati Hadiwijaya. 

15 January 2019

KERIS KYAI SETAN KOBER 33

KERIS KYAI SETAN KOBER 33
KARYA : APUNG SWARNA
BAB 12 : PENDADARAN PRAJURIT PAJANG 2
"Wenang Wulan akan menginap semalam didesa Tingkir, besok paginya baru rombongan dari Tingkir berangkat ke kotaraja, setelah nenginap semalam di jalan kira-kira disekitar Mrapen, esoknya lagi baru sampai di Kadilangu"
"Baik Kanjeng Adipati" kata Wenang Wulan.
"Ada lagi yang perlu kita bicarakan?" tanya Adipati Hadiwijaya :"Kalau tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, maka pertemuan ini sudah selesai dan lusa kita mempunyai acara yaitu peresmian kesatuan prajurit Wira Tamtama, Wira Braja, pasukan tombak dan pasukan sandi Kadipaten Pajang" setelah berkata demikan, maka Adipati Hadiwiijaya kemudian masuk kedalam kamar, dan para nayaka prajapun kemudian berdiri dan kembali ke ruang Sasana Sewaka. 
Malampun semakin larut, Hadiwijaya sedang berbaring di kamarnya, alam pikirannyapun melayang-layang, mengembara, menyusup dan singgah di beberapa persoalan yang telah dialaminya. Hadiwijaya bersyukur, uwanya, Kebo Kanigara telah menyatakan bersedia pergi bersamanya pada adi cara lamaran sampai pahargyan pengantin di Kraton Demak sehingga ia merasa tidak sendiri dalam menghadapi persoalan pernikahannya dengan Sekar Kedaton.
Setelah belasan tahun Kebo Kanigara menarik diri dari pergaulan masyarakat Demak, sekarang uwanya telah bersedia untuk bertemu dengan Kanjeng Sultan Demak. 

KERIS KYAI SETAN KOBER 34

KERIS KYAI SETAN KOBER 34
KARYA : APUNG SWARNA
BAB 12 : PENDADARAN PRAJURIT PAJANG 3.
Kemudian kedua kuda itupun kembali berlari menjelajah ke segenap arah di tanah lapang, kedua prajurit penunggang kuda itu kemudian menghentikan kudanya di depan panggung dengan kedua kaki kuda itupun terangkat keatas.
Kembali terdengar sorak dan tepuk tangan yang riuh dari para penonton yang berada di pinggir bulak amba, dan beberapa saat kemudian kedua prajurit itupun kembali ke pinggir lapangan, dan keduanya menerima sebuah tongkat sepanjang dua depa, yang ujungnya berupa bola kayu sebesar buah manggis. Sambil membawa tongkat berujung bola kayu, keduanya kemudian menjalankan kudanya saling menjauh, kuda putih berlari ke arah utara sedangkan kuda yang berwarna coklat berlari kearah selatan, 
Orang bercaping yang menonton dipinggir lapanganpun melihat kedua prajurit berkuda itu akan saling menyerang menggunakan tongkat berujung bola kayu, yang seakan-akan mereka akan bertempur menggunakan sebatang tombak tajam.

KERIS KYAI SETAN KOBER 35

KERIS KYAI SETAN KOBER 35
KARYA : APUNG SWARNA
BAB 13 : MELAMAR SEKAR KEDATON 1
Setelah membersihkan diri disungai serta merawat kuda-kuda mereka dengan memberi makan rumput yang banyak terdapat disekitar tempat itu, maka semua orang yang ikut di dalam rombongan itupun segera mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan ke Kadilangu. Disebelah kanan dan kiri punggung tiga ekor kuda telah diberi beban enam buah bungkusan besar yang berisi padi dan hasil palawija dari desa Tingkir.
Tenda kecil sudah dibongkar, kain panjang yang dipakai untuk menutupi tenda sudah dilipat dan dimasukkan kedalam bungkusan yang dibawa oleh Prayoga dan Prayuda, dan ketika dilihatnya semua sudah siap untuk berangkat, Adipati Hadiwijaya kemudian naik ke atas punggung kudanya, kemudian diikuti oleh ki Buyut Banyubiru, Ki Ageng Nis Sela dan semua orang yang ada di dalam rombongan itu. 
Ganjurpun kemudian berjalan menuju kudanya, lalu iapun bersiap akan naik keatas punggung kudanya.

KERIS KYAI SETAN KOBER 36

KERIS KYAI SETAN KOBER 36
KARYA : APUNG SWARNA
BAB 13 : MELAMAR SEKAR KEDATON 2
"Ternyata Ki Kebo Kanigara memang orang yang pinunjul, tetapi apakah ia mengenal salah seorang guruku, pertapa di Segara Anakan yang mengajarkan ilmu Segara Muncar?" kata Wenang Wulan dalam hati.
Wenang Wulan terdiam, diapun masih menebak-nebak, hingga terdengar Kanjeng Sunan Kalijaga berkata:" Kita berangkat sekarang anakmas Kanigara?" 
"Silakan Kanjeng Sunan" kata Kebo Kanigara.
Kanjeng Sunanpun kemudian berbicara dengan dua orang prajurit Wira Manggala, lalu salah seorang prajurit itupun berkata kepada semua orang yang berada di halaman:"Kita berangkat menuju dalem Gajah Birawan sekarang, nanti akan kita atur semuanya kalau kita sudah berada di dalem Gajah Birawan"
Setelah semuanya mempersiapkan diri, maka berangkatlah rombongan itu berjalan menuju ke arah barat.